" Selamat datang di situs pribadiku. Mari dengan semangat keakraban, kecerdasan, kritis tetapi menjunjung tinggi kejujuran dalam berkomunikasi, kita kuak tabir kehidupan nyata yang terjadi dalam kehidupan kita "!

di muat di gp ansor online 21 Juni 2008 www.gp-ansor.org
Revitalisasi Pancasila Dan Masa Depan Indonesia


Oleh: Fatkhuri, MA
Mantan aktifis PMII Jombang sekarang Mahasiswa Pasca Sarjana bidang kebijakan publik Australian National University (ANU) Canberra, Australia
Pada tanggal 1 Juni 2008, sebuah tragedi mengenaskan kembali terjadi di bumi Indonesia dimana bertepatan dengan peringatan hari lahir Pancasila, bentrokan yang membawa korban luka masa Aliansi Kebangsan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKBB) dengan masa Front Pembela Islam tak terhindarkan. Peristiwa yang terjadi di MONAS tersebut menuai banyak protes dari berbagai kalangan dimana pada umumnya kelompok-kelompok yang mendukung aksi AKBB ini mengecam keras tindakan anarkis yang di lakukan FPI. Hal lain yang lebih tragis lagi adalah peristiwa ini terjadi disaat masa AKBB mau memperingati hari lahir pancasila, sehingga tindakan kekerasan yang dilakukan oleh FPI dinilai menciderai nilai-nilai pancasila yang menjunjung tinggi perbedaan dalam bingkai persatuan.

Terlepas dari peristiwa mengenaskan tersebut, tulisan ini mencoba membincang kembali Pancasila sebagai sebuah Idiologi bangsa yang tak pernah lekat termakan zaman. Pancasila sebagai suatu Ideologi telah melewati masa yang cukup panjang dimana dengan Power yang dimilikinya Pancasila telah menghantarkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bermartabat serta bersatu dalam bingkai keragaman baik unsur budaya, ras, suku agama dan lain sebagainya atau yang sering kita kenal BHINEKA TUNGGAL IKA.
Lebih jauh, Pancasila adalah solusi alternative bagi terwujudnya Negara Kesatuan Indonesia, yang telah teruji semenjak masa kemerdekaan sampai dengan masa reformasi. Meskipun kita juga tidak bisa menafikan bahwa dalam perjalanannya ada berbagai macam cobaan dan tantangan yang senastiasa datang dan mengiringi dalam setiak gerak dan langkah dinamika bangsa ini. Hal lain yang penting untuk dicatat bahwa lembaran sejarah yang pernah terukir terkait dengan upaya untuk merongrong eksistensi Pancasila selalu dapat di selesaikan meskipun dalam upaya mempertahankannya tidak jarang jatuh korban dan ribuan nyawa melayang. Contoh kecil pergolakan yang terjadi terkait dengan masalah ini adalah Pemberontakan Komunis atau PKI dan Darul Islam /DI TII, Permesta dan yang lain. Seluruh pergolakan ini pada dasarnya ingin mengganti ideology pancasila dengan ideology lain seperti komunisme maupun Islam. Alhasil, dengan semangat persatuan dan kesatuan terbukti upaya mengganti pancasila selalu mengalami kegagalan. Hal ini menunjukan bahwa Pancasila adalah ideology yang tidak ada bandinganya untuk bangsa Indonesia karena Pancasila adalah alat permersatu bagi seluruh komponen yang berbeda-beda sehinnga setiap upaya untuk menggatinya selalu akan berhadapan dengan seluruh kekuatan Indonesia secara menyeluruh yang telah terpatri sejak periode kemerdekaan.
Pancasila dan tantangan masa depan
Kegagalan dalam upaya pennggatian pancasila seperti Kudeta PKI 1965, bukan berarti idiologi ini sudah tidak lagi mengahadapi tantangan atau keluar dari belenggu persoalan. Sebaliknya, Eksistensi Pancasila selalu mengahadapi cobaan yang tidak kalah hebatnya di dalam dinamika dan perubahan zaman yang terus bergulir ini. Fakta riil adalah munculnya fenomerna dalam dasawarsa terakhir yakni adanya keinginan merdeka di sebagian wilayah yang ada di kepulauan Indoensia.
Sebagaimana publik telah ketahui bahwa keinginan daerah untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pada dasarnya diakibatkan oleh adanya kekecewaan daerah atas ketidakadilan pemerintah Pusat. Daerah yang notabene mempunyai banyak kekayaan alam, selama ini telah diperlakukan tidak adil sehingga realitas ini berimbas kepada kondisi rakyat yang tetap miskin, terbelakang, bodoh dan tidak mempunyai akses yang memadai terhadap kemajuan-kemajuan diluar mereka. Lebih lanjut Ketidakadilan pemerintah pusat kemudian berimplikasi terhadap krisis kepercayaan di sebagaian wilayah seperti Papua, Aceh, Ambon maupun yang lain yang bermuara pada keinginan untuk memisahkan diri dari Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada konteks yang sama hingga saat ini benih-benih kebencian terhadap Indonesia masih banyak terjadi. Pada kasus yang sama seperti diatas, keinginan untuk membentuk Negara baru juga terjadi di Tangerang banten beberapa tahun lalu. Kasus penggerebekan yang terjadi dua tahun lalu tepatnya Senin (22/ 5/ 2006) di Tangerang dimana Jajaran Kepolisian Resort Tangerang menggerebek kelompok/ organisasi yang menamakan dirinya sebagai Negara Sunda Nusantara di Desa Pabuaran, Jayanti, Tangerang, Banten, adalah bukti kongkrit betapa ancaman terhadap Pancasila masih merajalela di negeri ini baik pada dataran yang vulgar maupun tidak. Benih-benih permusuhan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia ternyata masih tumbuh subur dimana secara otomatis eksistensi Pancasila kembali terancam. Lantas apa yang harus dilakukan kedepan?
Revitalisasi Pancasila dalam dinamika Indonesia saat ini
Perjalanan bangsa Indonesia telah berjalan lebih dari setengah abad, namun fenomena keterbelakangan, Kemiskinan, dan keterperukuan dalam segala lini kehidupan agaknya tetap menjadi bumbu hidup masyarkat kita dan akan tetap menjadi problem akut bangsa ini. Krisis multidimensi telah terbukti membawa dampak yang luar biasa dimana rakyat tidak hanya berada dalam kondisi yang semakin terpuruk secara ekonomi, politik maupun yang lain, namun kondisi ini juga membawa ketidakpercayan mereka terhadap pemerintah sehingga berbagai cara mereka coba tempuh sebagai reaksi atas ketidakberdayan mereka.
Sudah saatnya Pemerintah mempunyai Good-will sebagai upaya responsif atas persoalan kebangsaan yang melanda akhir-akhir ini. Implementasi good will ini tentunya tidak menjadikan rakyat Indonesia sebagai tumbal untuk mengamankan Negara bersama kepentingan kelompok-kelompok kecil di lingkaran kekuasaan. Kebijakan kenaikan BBM selama lebih dari dua kali dan yang terakhir tanggal 24 Mei 2008 lalu menunjukan bahwa pemerintah belum sepenuhnya melaksanakan amanat rakyat sesuai dengan apa yang tercantum dalam sila-sila Pancasila.
Merevitalisasi Pancasila adalah sebuah keniscayaan mutlak ketika kondisi bangsa semakin jauh dari keadilan sosial, kemakmuran, kemajuan dan lain sebagainya. Membiarkan kondisi bangsa dalam keterpurukan sama halnya kita sengaja menjadikan Pancasila hanya sebagai alat politisasi untuk melanggengkan kekuasaan seperti yang pernah terjadi pada masa Orde baru dibawah pemeritahan Soeharto. Kita tahu, Pada periode ini Pancasila selalu dijadikan alat legitimasi serta dipolitisir untuk meraih serta mempertahankan kekuasaan. Mereka yang berseberangan dengan pemerintah akan dengan mudah di beri label anti Pancasila, makar maupun subversive yang dengan mudah masuk penjara tanpa proses hukum yang jelas.
Revitalisasi tentu suatu upaya sistematis dalam rangka kembali membangun spirit nasionalisme yang selama ini telah mengalami kemunduran sehingga seluruh persoalan kebangsaan seperti konflik etnis, agama, serta permasalahan dalam apapun bentuknya bisa dengan mudah teratasi. Ini menjadi agenda penting yang harus seceptanya dilakukan ketika semangat persatuan menjadi barang langka di negeri ini.
Kenapa revirtalisasi harus dilakukan? Sejarah telah mencatat bahwa para funding fathers telah menggagas idiology Pancasila dengan arah dan tujuan yang sangat jelas, yakni ingin menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Lalu apakah cita-cita tersebut sudah tercapai? Tentu kita harus realistis dan jujur harus mengatakan bahwa bangsa Indonesia masih tetap terkungkung dalam ketidakberdayaan. Cita- cita reformasi untuk bisa mengubah nasib rakyat pun semakin jauh panggang dari pada api, wajar kalau kemudian masyarakat sekarang begitu apatis dengan jalannya pemerintahan mengingat elit-elit politik baik eksekutif, legislative, dan yudikatif belum secara serius dan tanggung jawab melaksanakan amanat rakyat dan mereka hanya bisa mengumbar janji-janji manis terhadap rakyat namun fakta mengatakan bahwa Reformasi hanya dinikmati oleh segelintir elit yang berada dalam lingkaran dan jaring-jaring kekuasaan.
Pada sisi yang lain revitalisasi juga merupakan bentuk penyadaran bagi masyarakat bahwa kita hidup di Indonesia yang sangat plural dalam berbagai hal tidak hanya agama, bahasa maupun budaya. Hal ini menjadi penting mengingat pancasila sebagai ideology bangsa, telah mulai dilupakan oleh masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari serangkaian aksi yang tidak lagi mengindahkan prosedur hukum yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang. Pada satu sisi, beberapa kelompok masyarakat begitu garangnya bertindak dengan menggunakan kekerasan dalam upaya merespon kelompok lain yang berbeda pendapat. Pada sisi yang lain instrument Negara seperti POLISI masih terkesan lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai alat pelindung masyarakat dan cenderung cuek ketika tugas-tugas mereka diambil alih oleh sipil (Paramiliter) yang selama ini marak terjadi di negeri ini.
Maraknya aksi-aksi dengan mengatasnamakan agama serta tafsir tunggal kebenaran yang hanya dimiliki kelompok tertentu adalah upaya untuk mendorong pemarginalan terhadap Pancasila dan yang lebih ekstrim pemusnahan Pancasila sebagai sebuah Idiologi. Kita tahu Pancasila adalah alat permersatu bangsa. Claim of truth (Klaim kebenaran) kelompok dengan menjudge bahwa hanya kelompok tertentu yang paling benar dan paling mempunyai hak untuk hidup dan berkuasa di bumi ini adalah merupakan tindakan konyol dan jelas-jelas bertentangan tidak hanya dengan nilai-nilai yang tekandung dalam pancasila namun juga bertentangan dengan ajaran agama.
Sangat beralasan manakala hal ini dapat kita lihat dari kenyataan bahwa dorongan untuk memaksakan kebenaran lewat aksi-aksi anarkis menunjukan bahwa mereka kurang memahami dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Upaya untuk membubarkan Jama’ah Ahmadiyah dari bumi Indonesia disertai dengan aksi-aksi anarkis seperti penyerbuan dan penghancuran masjid milik Jamaah ini seperti AKSI pembakaran Masjid Al-Furqon di Kabupaten Sukabumi beberapa waktu lalu adalah contoh real dimana perbedaan dianggap sebagai musuh kelompok-kelompok tertentu. Ini adalah fakta riil dimana kelompok ini kurang bisa mengahargai perbedaan, apalagi di barengi dengan tindakan anarkis yang jelas-jelas bertentangan dengan falsafah dan nilai-nilai luhur pancasila. Mereka beranggapan bahwa kebenaran hanya dimiliki oleh segelintir kelompok, sehingga mereka tidak pernah berfikir bahwa sesungguhnya benar menurut mereka belum tentu benar untuk kelompok yang lain. Hal ini menunjukan bahwa mereka tidak lagi berpijak pada idiologi Pancasila sebagai sebuah perspektif untuk melihat persoalan yang ada karena mereka tidak mengakui eksistensi kelompok yang lain yang berbeda. Pertanyaan menggelitik terkait dengan hal ini adalah masih layakah sebenarnya Pancasila dipertahankan? Apakah ada alternative lain selain pancasila yang lebih cocok untuk mengatur kehidupan bangsa indonesia yang Plural ini?
Kita tahu, upaya dalam rangka mencari ideologi yang sesuai untuk bangsa Indonesia tidak semudah membalik telapak tangan. Pancasila tidak secara instant di lahirkan namun lahirnya Pancasila telah melewati perdebatan panjang dan tidak jarang diwarnai dengan pertikaian sengit mengenai dasar apa yang cocok untuk Negara Indonesia yang mempunyai karakter plural ini. Dicetuskannya Pancasila berangkat dari sebuah pertimbangan bahwa pancasila adalah satu-satunya idiologi yang lebih bisa mengakomodasi kepentingan seluruh kelompok yang ada dinegeri ini. Dengan Lima sila yang tercantum dalam pancasila menunjukan bahwa Pancasila telah mengutamakan kepentingan bersama mengingat bangsa Indonesia yang Plural ini. Dari realitas ini menjadi jelas bahwa lahirnya pancasila adalah sebagi upaya menjawab keragaman bangsa agar tidak timbul saling fitnah, bunuh, saling mengklaim kebenaran kelompok dan lain-lain, sehingga kekerasan, permusuhan dalam bentuk apapun akan dengan mudah di selesaikan.
Kita semua tahu perbedaan adalah rahmat, namun ketika perbedaan itu kemudian harus tereduksi menjadi sebuah alat untuk saling membunuh, memerangi lawan dan memfitnah musuh maka rahmatpun kemudian menjadi barang langka sehingga arogansi, kesombongan, kekerasan senantiasa menjadi hiasan dalam setiap perilaku kita sehari-hari.
Melihat realitas ini, Sebagai warga bangsa tentu kita sangat prihatin, dimana kerusuhan atau aksi-aksi anarkis dengan memakai kedok agama semakin marak terjadi. Kecendrungan aksi-aksi yang sudah mengarah ke isu SARA ini jelas menodai pancasila yang sudah cukup terbukti mampu mengawal perjalanan bangsa ini.***




Post a Comment



    Download



    Download



    Download



    Download


      "Pembaca yang terhormat, agar selalu memperoleh informasi terbaru dari kami, silahkan ketik alamat email anda pada kotak dibawah ini, untuk informasi lainya silahkan hubungi:fatur@mail.com".

      David


      "Dear reader, for recived up to date information from Us please submit your email address below, for further information please contact: fatur@mail.com"

      Virgie


        Business, Strategy, Standard Operational Procedure www.EzBook.tk

          Marketing,Advertising,Sales, Accounting, Franchise www.EzJournal.tk

            AusAid, USAID,Sampoerna Foundation, AsiaInvest www.EzScholar.tk

            Application Letter, Phsycotest, Interview, Management Trainee

              Listening, Reading, Writing, Speaking, IELTS Prediction www.EzIELTS.tk

                GMAT Exercise, Score Prediction, MBA,USA,Business, Management www.EzGMAT.tk

                Please Contact Us: ecustomer@mail.com www.AdsbyGoogle.tk

                  TOEFL Online,Score Prediction,Preparation, Exercise www.EzTOEFL.tk




                      geovisite
                      geovisite



                        Free Blog Counter